MAKALAH
PERILAKU KONSUMEN
PENGANTAR ILMU EKONOMI (PIE)
Makalah Ini Di Tulis Dalam Rangka Memenuhi
Tugas
Ujian Akhir Semester (UAS)
Dosen Pembimbing:
Ir. Muhammad Ahsan, MM
Oleh ;
MUTIA PRATIWI (B34211060)
FAKULTAS
DAKWAH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
IAIN
SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................... 1
KATA
PENGANTAR........................................................................................ 2
BAB I :
PENDAHULUAN................................................................................ 3
A. Latar Belakang................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 4
C. Tujuan Masalah.............................................................................................................. 4
BAB II :
PEMBAHASAN................................................................................. 5
A. Pengertian Konsumen............................................................................................... 5
B. Jenis – jenis Konsumen............................................................................................. 5
C. Perilaku Konsumen..................................................................................................... 7
D. Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen.................................................... 9
E. Cara Memahami Perilaku Konsumen............................................................... 15
F. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen................................................ 17
BAB III
: PENUTUP....................................................................................... 27
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................................................... 27
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................ 28
Surabaya,
4 Januari 2013
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah Swt
yang telah memberi rahmat, hidayah, dan kemudahan, bagi saya dalam rangka
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi yang memiliki Tema “Kompetensi
dengan daya saing bangsa” dan Judul “Perilaku Konsumen”, dengan baik
dan semoga juga bermanfaat bagi yang membaca.
Dengan selesainya makalah sebagai salah
satu tugas Pengantar Ilmu Ekonomi ini, saya menyadari bahwa makalah
penuh dengan kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan untuk makalah yang lebih baik kedepannya. Dan akhirnya dengan
penuh harapan semoga karya kecil ini bermanfaat juga menambah wawasan bagi
pembaca. Amin yaa rabbal ‘alamin.
Surabaya,
4 Januari 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pemahaman akan perilaku konsumen adalah tugas penting
bagi para pemasar. Para pemasar mencoba memahami perilaku pembelian konsumen
agar mereka dapat menawarkan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen. Tapi
bagaimanapun juga ketidakpuasan konsumen sampai tingkat tertentu masih akan
ada. Beberapa pemasar masih belum menerapkan konsep pemasaran sehingga mereka
tidak berorientasi pada konsumen dan tidak memandang kepuasan konsumen sebagai
tujuan utama. Lebih jauh lagi karena alat menganalisis perilaku konsumen tidak
pasti, para pemasar kemungkinan tidak mampu menetapkan secara akurat apa
sebenarnya yang dapat memuaskan para pembeli. Sekalipun para pemasar mengetahui
faktor yang meningkatkan kepuasan konsumen, mereka belum tentu dapat memenuhi
faktor tersebut.
Tak diragukan lagi, konsumen tergolong aset paling
berharga bagi semua bisnis. Tanpa dukungan mereka, suatau bisnis tidak bisa
eksis. Sebaliknya jika bisnis kita sukses memberikan pelayanan terbaik,
konsumen tidak hanya membantu bisnis kita tumbuh. Lebih dari itu, mereka
biasanya akan membuat rekomendasi untuk teman dan relasinya. Menurut Susan A.
Friedmann, setidaknya perlu memahami “10 ayat-ayat” berikut agar dapat
menajamkan fokus dalam melayani konsumen. Ketahui siapa bos sebenarnya. Anda
berbisnis untuk melayani konsumen, dan Anda hanya dapat melakukan itu apabila
mengetahui keinginan mereka. Jika Anda sungguh-sungguh mendengarkan konsumen,
mereka akan menjelaskan apa yang dikehendaki dan bagaimana sebaiknya Anda
memberikan pelayanan terbaik untuk mereka. Jangan lupa bahwa yang “membayar”
gaji kita dan memungkin bisnis ini berjalan adalah konsumen.
Jadilah pendengar yang baik. Luangkan waktu untuk
menelaah kebutuhan konsumen dengan bertanya dan fokus terhadap apa yang telah
mereka katakan. Perhatikan kata-katanya, intonasi suaranya, gerak badannya, dan
yang terpenting bagaimana perasaan mereka. Jauhkan diri dari asumsi-asumsi dan
berpikir intuitif tentang keinginan konsumen.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
pengertian konsumen?
2.
Apa
saja jenis-jenis konsumen?
3.
Apa
pengertian perilaku Konsumen?
4.
Apa
saja yang mempengaruhi perilaku konsumen?
5.
Bagaimana
cara memahami konsumen?
6.
Apa
yang dimeksud proses pengambilan keputusan pembelian ?
C.
TUJUAN PERMASAAHAN
1.
Mengetahui
pengertian konsumen.
2.
Mengetahui
jenis-jenis konsumen.
3.
Mengetahui
makna periaku konsumen.
4.
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
5.
Mengetahui
cara memahami konsumen.
6.
Menegtahui
proses pengambilan keputusan pembelian
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KONSUMEN
Konsumen adalah orang atau pelaku yang menggunakan barang atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik digunakan untuk keluarga, mahkluk
hidup lain, dirinnya sendiri, dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuannya
utuk diperdagangkan, membeli barang dan diperjualkan kembali, maka orang
tersebut sebgai distributor (pengecer). Berikut
ini adalah pengertian konsumen menurut beberapa ahli, yaitu:
1. Pengertian Konsumen menurut Philip
Kotler (2000) dalam bukunya Prinsiples Of Marketing adalah semua
individu dan rumah tangga yang membeli
atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi
2. Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU
PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
mahkluk lain, dan tidak untuk diperdagangkan.
B.
JENIS –
JENIS KONSUMEN
Setiap manusia pasti berbeda,
begitu pula dengan konsumen. Agar dapat memahami konsumen maka harus mengerti
dulu jenis-jenis konsumen itu sendiri. Jenis-jenis konsumen adalah sebagai
berikut:
1. Pelanggan/konsumen menurut UU Konsumen
adalah setiap seseorng yang memakai barang atau jasa untuk kepentinganya
sendiri ataupun untuk keluarga dan orang lain yang tidak untuk diperdagangkan.
2. Konsumen trend setter adalah Tipikal konsumen
ini selalu suka akan dan dia mendedikasikan dirinya menjadi bagian pertama yang
memiliki atau memanfaatkan teknologi baru.
3. Selnjudnya adalah konsumen yang dapat dipengaruhi oleh orang lain
terutama oleh konsumen tren setter,
sehingga sehingga disebut sebagai follower atau pengikut. Kelompok ini sangat
signifikan karena membentuk presentase terbesar. Konsumen ini adalah
orang-orang yang terimbas efek dari konsumen trend setter.
4. Sedangkan jenis konsumen yang terakhir
(Value seeker), adalah seseorang yang memiliki banyak pertimbangan dari diri
sendiri. Kelompok ini merupakan elompok terbesar dibandingkan dengan kelompok
pertama, sehiga juga sepatutnya diberi perhatian khusus. Atau yang sering di
sebut oleh konsumen ”value seeker”. Jenis kelompok ini relatif sangat sulit
untuk di pengaruhi, karena mereka lebih mengutamakan kebutuhan dengan banyak
alasan – alasan yang cukup rasional.
5. Konsumen pemula, Jenis konsumen pemula
cirinya adalah pelanggan yang datang banya tanya dan konsumen pemula adalah
termasuk dalam pelanggan masa depan.
6. Konsumen curiga, ada konsumen yang
datang dengan rasa curiga bahwa Anda berdagang gelap dengan barang gelap, uang
gelap, namun untuk Anda berlipat, jadi seseorang konsumen tersebut akan menawar
dibawah harga sepantasnya.
7. Konsumen pengutil, Ada lagi jenis
konsumen yang suka mengutil. Seorang konsumen akan melakukan tindakan bertanya
terus sehingga dapat membuat pedagang bingung atau linglung, dan ketika seorang
konsumen tersebut beranjak pergi, barulah pedagang merasa barang daganganya ada
yang hilang. Berpenampilan Konsumen jenis ini tidak selalu kumal. Kadang dan
biasanya.
8. Konsumen yang loyal pada harga, Inilah
tipikal konsumen pada umumnya. Loyalitasnya hanya pada harga bukan pada Anda.
Kalau harga kompetitor Anda lebih murah dia akan lari ke sana Konsumen banyak
uang, Ini yang kita cari. Uangnya banyak, tidak cerewet untuk bertanya,
bersifat penurut. Namun bagi seorang pedagang, seharusnya hati – hati, karena
mereka (Konsumen) selalu mempertimbangkan Mutu atau kualitas barang atau jasa
Nomor 1 yang di sodorkan pada mereka. Sekali mereka dikecewakan, maka mereka
akan berpindah kepesaing Anda (pedagang yang lain).
9. Konsumen kumuh, sesungguhnya penampilan
kumuh atau perlente tidak pernah mengatakan apa-apa. Banyak purnawirawan atau
Bos – bos besar keluar – masuk toko sengaja mengunakan pakean biasa seperti
kaos oblong dan bersikap apa adanya, sebenarnya tidak bertujuan untuk mengecoh
pedagang agar mendapatkan harga murah, melaikan bersikap biasa dan apa adanya.
10. Pelanggan adalah orang/lembaga yang
melakukan pembelian produk atau jasa pedagang yang sama secara berulang –
ulang.
C.
PERILAKU
KONSUMEN
·
Perilaku Konsumen adalah poses
kegiatan seseorang yang memiliki ketertarikan dengan pencarian, pemilihan,
penggunaan, serta mengevaluasi produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan
keinginannya.
·
Perilaku Konsumen adalah suatu dasar untuk tindakan membeli
mulai dari proses memilih – memilah, lalu mengambil keputusan dalam membeli.
Mis; jika berhadapan dengan barang
berharga murah maka, proses pengambilan keputusan akan berjalan dengan mudah
dan cepat, sebaliknya jika berhadapan dengan barang yang berharga mahal
(tinggi), maka proses pengambilan keputusan akan berlangsung lebih lama dan
sulit.
·
Perilaku Konsumen dilihat dari
sifatnya mengonsumsi suatu barang, perilaku konsumen di bedakan menjadi dua
macam, sbb
1.
Perilaku konsumen rasional (PKR)
Suatu konsumen dapat dikatakan
rasional, jika seseorang tersebut dapat memperhatikan hal – hal seperti di bawa
ini;
-
Barang tersebut dapat memberikan
kegunaan optimal bagi konsumen atau tidak.
-
Barang tersebut benar – benar
dibutuhkan dan digunakan konsumen atau tidak.
-
Kualitas barang.
-
Harga berdasarkan kemampuan
konsumen (terjangkau).
2.
Perilaku konsumen irasional (PKI)
Kegiatan menkonsumsi dapat
dikatakan tidak rasional, jika konsumen tersebut menghabiskan uangnya untuk
membeli batrang tanpa dipikirkan terlebih dahulu kegunaan atau manfaatnya;
contoh :
-
Jika ada promosi atau iklan baru
di media cetak maupun elektronik mudah tertarik.
-
Berusaha memiliki barang bermerek
yang telah dimiliki banya konsumen.
-
Ada bursa obral atau bonus –
bonus dan banjir diskon.
-
Memiliki sifat pretise atau
gengsi. [1]
Terdapat 4 jenis perilaku pembelian konsumen
berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat diferensiasi merek, yaitu:
§ Perilaku pembelian yang rumit. Konsumen terlibat dalam
pembelian yang rumit dan menyadari adanya perbedaan signifikan diantara
berbagai merek. Dan biasanya merupakan kasus untuk produk yang mahal,jarang
dibeli, beresiko, dan sangat mengekspresikan pribadi. Biasanya konsumen tidak
banyak tahu tentang kategori produk tersebut dan harus belajar banyak.
§ Perilaku pembelian pengurang disonansi.
Kadang-kadang konsumen terlibat dalam sebuah pembelian namun melihat sedikit
perbedaan dalam merek-merek. Hal ini didasari karena barang tersebut mahal,
jarang dilakukan, dan beresiko. Biasanya konsumen akan berkeliling untuk
mempelajari apa yang tersedia namun akan membeli bilamana dirasa tepat dan
dirasa nyaman.
§ Perilaku pembelian karena kebiasaan. Konsumen
kurang terlibat dalam pembelian produk yang dibeli dan tidak adanya perbedaan
merek yang signifikan. Jika pun harus membeli produk tersebut hal itu
dikarenakan keterbiasaan bukan pada kesetiaan merek yang kuat.
§ Perilaku pembelian yang mencari variasi. Dalam
beberapa situasi tertentu pembelian ditandai dengan keterlibatan konsumen yang
rendah namun perbedaan merek yang signifikan. Sehingga konsumen sering
melakukan perpindahan merek.[2]
D.
YANG
MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
Pemasar seharusnya lebih faham
teori maupun realita terhadab konsumen. Mencakup beberapa fakta penting tentang
konsumen Amerika pada tahun 2001, dan “Pencerahan Konsumen; dan tren Konsumen
masa depan”. Memberi gagasan tentang apa yag di inginkan konsumen, dan di
pikirkan produsen maupun pemasar 2025.
Pengaruh pembelian paka Konsumen
dipengaruhi beberapa faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi, yaitu
1. FAKTOR BUDAYA
Budaya, Sub-budaya, dan kelas
sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya adalah penentu atau
pelaku utama sistem pembelian. Anak –
anak yang baru tumbuh memiliki seperangkat nilai, persepsi, referensi, dan
perilaku dari keluarga atau dari lembaga – lembaga lain. Anak – anak yang di
besarkan di Amerika sangat berpengaruh oleh nilai – nlai berikut : prestasi dan
keberhasilan, aktivitas, efesiensi, dan
kepraktisan, kemajuan, kenikmatan materi, individualisme, kebebasan, kenikmatan
eksternal, humanisme, dan berjiwa muda.[3]
Masing – masing budaya memiliki
sub-budaya yang lebih menampakan indentifikasi dan sosialisasi khusus bagi anggotanya. Sub-budaya mencakup banyak aspek
dari kebangsaan, agama, suku atau ras,
dan wilayah geografis. Ketika sub-kultur menjadi besar dan makmur, ma
perusahaan akan membentuk atau merancang program pemasaran secara khusus untuk
melayani mereka. Pemasaran lintas budaya muncul di reset pemasaran yang
cermat, yang menyikapkan bahwa relung etnis dan demografik yang berbeda tidak
selalu menanggapi dengan baik iklan pasar – masal. “Pencerahan pemasaran; Pemasaran
pada pasar sekmen pasar budaya”. Sebagai Contoh, banyak bank dan asuransi jiwa yang memiliki tingkat fokus
pada orang Amerika turunan Spanyol, karena walaupun tingkat pendapatan mereka
naik, 40 juta orang Amerika Hispanik yang tinggal di Amerika serikat belum
menjadi konsumen besar jasa keuangan.[4]
2. FAKTOR SOSIAL
Selain dari faktor budaya,
perilaku Konsumen dapat dipengaruhi oleh faktor sosial, yaitu seperti kelompok
acuan, keluarga, serta peran, dan setatus sosial.
Kelompok acauan: terdiri dari semua
kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap prilaku atau sikap orang
tersebut. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang maka bisa
di sebut sebagai kelompok keanggotaan. Dari beberapa kelompok keanggotaan
termasuk kelompok prier, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan – rekan
kerja, yang berinteraksi dengan seseorang dengan terus menerus dan informal.
Seseorang juga akan menjadi kelompok anggota sekunder seperti, kelompok
keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan yang cenderung lebih formal dan
membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.
Keluarga: adalah organisasi
pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota
keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.[5]
Kita dapat membedakan dua keluarga dalam tingkat pembeli. Keluarga orientasi
terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang
mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi diri
sendiri, harga diri, dan cinta.[6]
Walaupun pembeli tidak lagi menyatu dengan orang tuanya, namun periaku pembeli
akan tetap signifikan. Pengaruh yang lebih langsung terhadap pembelian sehari
hari adalah Keluarga Prokreasi yaitu,
pasangan dan anak seseorang.
Pola pergeseran pembelian juga di pengaruhi
oleh kenaikan jumlah dolar yang dikeluarkan dan pengaruh yang di miliki anak –
anak dan remaja.[7] Pengaruh
– pengaruh umum menggambarkan isyarat, permintaan, dan tuntutan anak –
anak. Pengaruh anak dari usia 4 sampai
12 tahun seluruhnya sekitar $275 milyar pada tahun 1999. Pengaruh tidak
langsung pada pengeluaran orang tua menghasilkan $312 milyar pembelian rumah
tangga.[8]
3. PENGARUH PRIBADI
Peran pribadi juga berperan
penting jalanya suatu perilaku konsumen. Karakteristik tersebut meliputi usia dan
tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, dan konsep diri, serta
nilai atau gaya hidup seorang pembeli. Karena banyak karakteristik ini memiliki
dampak sangat langsung pada perilaku konsumen sendiri. Penting juga bagi
pemasar untuk selalu mengikuti mereka secara dekat.
Usia dan tahap siklus hidup: banya
orang selalu melakukan pembelian barang atau jasa yang berbeda – beda selama
hidupnya. Konsumsi juga ditentukan oleh siklus hidup keluarga dan jumlah usia,
dan gender orang dalam rumah tangga pada satu situasi.
Pekerjaan dan lingkungan ekonomi:
tidak bisa dihindari, bahwa pekerjaan seseorang dapat menentukan pola
konsumsinya. Misalnya pekerja kantor harus membeli baju kerja ,sepatu, dan
kotak untuk bekal makan, sedangkan bos besar atau derektor akan membeli baju –
baju mewah atau mahal, perjalanan dengan mengunakan pesawat dan kapal pesiar
yang besar. Para pemasar selalu mengidentifikasi yang memiliki minat seperti itu diatas rata –
rata. Bahkan ada suatu perusahaan yang mengkususkan produkya untuk kelompok
pekerjaan tertentu. Mis: perusahaan perangkat lunak pada komputer, pasti akan
mencang perangkat yang berbeda lebih baik untuk manajer mereka, insinyur,
pengacara, dan dokter.
Kepribadian dan konsep diri: dalam sistem pembelian atau tingkah laku
konsumen pasti berbeda dalam cara pembelianya. Di sini membahas bagaimana
kepribadian adalah ciri bawaan psikologis seseorang makluk hidup (human
psychological traits) yang bersifat
relatif ulet dan bertahan lama atas rangsang lingkungan. Kepribadian seseorang biasanya bawaan dari
lahir, seperti rasa percaya diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan
berkomunikasi, pertahanan diri, dan
beradaptasi.[9]
Gaya hidup dan nilai: Orang – orang yang
memiliki budaya, kelas, sosial, dan pekerjaan yang sama tentunya memiliki
perbedaan dalam pola hidup atau gaya hidup mereka. Gaya hidup adalah, pola
hidup seseorang yang dapat tergambarkan pada aktivita mereka sehari hari,
minat, dan opininya. Diri seseorang tergambarkan dari gaya hidup mereka berinteraksi
dengan seseorang lainya dalam keseharian, di tempat kerja, rumah, masyarakat,
dll. Begitu juga para pemasar produk
juga melaksanakan persamaan produk yang di dagangkan dengan gaya hidup mereka.
Conohnya, perakit atau produsen komputer tahu jika banya orang mencari dan
membutuhkan komputer untuk pencampaian prestasi, maka produsen lebih faham
mengerahkan mereknya menuju hidup yang berprestasi.
4. PROSES PSIKOLOGIS UTAMA
Awal
mula untuk memahami perilaku Konsumen adalah dari model rangsangan atau tanggapan lngkupan memasuki kesadaran konsumen. Satu
perangkat proses psikologis berkombinasi dengan tertentu untuk karakteristik
konsumen tertentu menuju keputusan – keputusan pembelian. Sedangkan tugas
pemasar adalah selalu peka dengan rangsangan pemasar luar dan keputusan pembeli
akhir. Ada empat proses psikologis penting : motivasi, persepsi, pembelajaran,
dan memori secara fundamental mengetahui tanggapan konsumen terhadap berbagai
rangsangan konsumen.
Motivas Maslow: seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu
tertentu, dan beberapa kebutuhan disini bersifat biogenis, kebutuhan itu semua munucul karena tuntutan
atau dorongan dari tekanan Biologis seperti lapar, haus, dan tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan lain adalah bersifat
psiogenis, kebutuhan tersebut muncul karena tuntutan psikologis misalnya kebutuhan
untuk sebuah pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Abraham
Maslow disini dia menerangkan atas kebutuhan seseorang pada barang tertentu
dengan waktu tertentu.[10]
Mengapa seseorang harus menghabiskan waktu, tenaga, dan uang untuk keamanan
dirinya?, Maslow menjawab bahwa karena kebutuhan manusia tersusun dari hirarki,
menurut kebutuhan manusia tersusu secara berjenjang. Misalnya, seseorang akan
melakuan terlebih dahulu hal – hal yang menurutnya lebih penting lalu kemudia
melanjudkan dengan kebutuhan laainnya yang dia rasa masih bertaraf ringan dan
belum begitu penting. Sedangkan jenjang
urutan dari kepentingan dapat dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa
aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Teori Maslow membantu para pemasar dalam
berbagai cara produk menyesuaikan dengan
rencana, sasaran, dan kehidupan konsumen.
Biasa terjadi, jika ada seseorang termotivasi,
maka ia akan bergerak untuk bertindak sesuai dengan motivasi yang ia
peroleh. Bagaimana tindakan seseorang
untuk bertindak atas motivasi yang terpengaruh oleh situasi tertentu?. Persepsi
adalah sesuatu tindakan yang digunakan oleh seseorang untuk memutuskan sesuatu,
memilih, menorganisasi, menginterprestasi informasi guna menciptakan gambaran
dunia yang berarti.[11]
Tentunya persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik, namun juga
rangsangan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang
bersangkutan. Yang paling penting untuk diketahui bahwa persepsi seseorang satu
dengan yang lain berbeda, namun memiliki relitas yang sama.
Pembelajaran meliputi perubahan
perilaku seseorang dari pengalaman. Sebagaian besar perilaku manusia adalah
dari pembelajaran yang di dapat dalam keseharian. Bahkan para ahli ada yang
meneliti tentang sikap seseorang di
hasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat
bertindak, tanggapan, dan penguatan. Teori pembelajaran mengajak para pemasar,
dan mendorong memberi motivasi, dan memberikan pengukuhan yang putih.
Memori : pada psikolog kognitif membedakan memori
jangka pendek atau STM (Shirt Term Memory) satu gudang informasi
sementara dan memori jangka panjang LTM (Long Term Memory) gudang yang
lebih permanen.
Integrasi (integration): merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang
diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak
suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
Bermacam faktor yang dapat
mempengaruhi Konsumen, termasuk faktor – faktor yang sudah di sebutin diatas,
dengan kata lain ada faktor yang lebih dominan pada pembelian suatu produk
sedangkan faktor lain tidak berpengaruh. Contoh, pilihan lipstik pada wanita
kurang dipengaruhi oleh pihak keluarga. Yang faktor tunggal seperti pendapatan
tetapi di ukur sebagai kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan,
dan Variabel lain. Sedangkan kelas sosial lebih memperlihatkan preferensi
produk dan merek yang berbeda.[12]
E.
CARA
MEMAHAMI PERILAKU KONSUMEN
Dari
kenyataan yang ada dikalangan masyarakat, bahwah pelayanan produk sangatlah
penting. Bagi pemasar yang memiliki kemampuan pelayanan baik, maka jauh lebih
kedepan dan sukses ketimbang pemasar yang tidak pernah memperhatikan sistem
pelayanan dengan benar. Sering di katakan bahwa pembeli adalah raja, maka
berikanlah pelayanan sebaik mungkin bagi mereka agar mereka puas dan senang.
Konsumen adalah sebuah penunjang penting bagi sektor bisnis dan usaha lainya
yang ada di dunia. Itu benar, namun yang menjadi kesalahan perusahaan adalah
jarangnya pembisnis memperhatikan apa yang para konsumen butuhkan.
Bisnis dalam skala kecil
amat berpotensi besar - besar menghasilkan layanan pelanggan terbaik, karena
mereka menjalin hubungan langsung dengan konsumen. Kita ambil contoh sederhana,
pedagang bakso misalnya. Biasanya sang pemilik yang melayani pelanggan secara
langsung sehingga dapat terlibat suatu ikatan emosional dengan pembeli,
memahami apa yang mereka butuhkan, seberapa banyak stok yang harus
dipersiapkan, bagaimana respon mereka dengan barang yang dijual.
Ada tiga tips atau cara untuk memahami konsumen, sbb.[13]
1. Selalu tempatkan diri anda pada
posisi konsumen
Mulailah
mencermati bisnis yang seakan – akan kita adalah seorang konsumen, dan barulah
akan diketahui dan sadar dengan kagum dan merasakan sendiri bagi semua
pelayanan yang di berikan oleh pemasar kepada konsumen lain.
Contoh: jika ada seseorang yang
memiliki restauran, mencoba untuk menyamar sebagai konsumen yang akan memesan
atau membeli menu yang tersedia. Maka seseorang tersebut pastinya akan banyak
memperoleh informasi penting dan pengalaman tentang pelayanan pemasar kepada
konsumen. Demikian seseorang tersebut juga dapat merenungkan apa kekurangan
yang ada pada restaurannya tersebut. Dari semua aspek terutama aspek
pelayananya.
2. Mencobalah anda utuk bertanya
kepada konsumen yang lain.
Misalnya
sesibuk apapun seseorang dalam keseharian, seharusnya para pemilik bisnis dapat
meluangkan waktu mereka untuk turun langsung ke lapangan (tempat usahanya) dan
bertanya langsung dengan para konsumen atau pelanggan restauran miliknya
(sebagai bahan evaliasi). Di situlah para pemilik bisnis bisa mengetahui apa
sebenarnya kekurangan yang ada pada tampat dia berbisnis. Demikian pula seorang
pembisnis akan bisa mempertimbangkan langkah selanjudnya yang lebih kreatif
untuk bisnis yang dijalankannya.
3. Apa yang di harapkan konsumen dari
anda?
Cara yang
sebenarnya baik untuk para kosumen adalah dengan bertanya kepada mereka dengan
mengunakan angket atau formulir (multiple choice or
simple essay) yang dapat membantu pembisnis mengetahui banyak informasi tentang
apa yang terjadi pada bisnisnya, dan mungkin banyak cara lain untuk sistem
kontrol. Mereka akan memberikan informasi mengenai pendapat mereka mulai dari
yang sangat penting, penting, tidak penting, bahkan sampai hal yang sangat
tidak penting. Semakin banya informasi yang pembisnis dapatkan, akan semakin
akurat data Controlin yang di dapat untuk bahan evaluasi. Yang bertujuan agar
apa yang menjadi bisnisnya berjalan den efesien dan efektif sesuai dengan
target yang ada.
F.
PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN
Menurut Kotler (2001:144):
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah kebudayaan,
faktor sosial, pribadi, psikologis. Sebagian faktorfaktor tersebut tidak
diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk
mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen tersebut mempengaruhi
pembelian konsumen.[14]
Proses
pengambilan keputusan ada 5 (Lima) tahap yaitu,
a.
Pengenalan
Kebutuhan,
b.
Pencarian
Informasi,
c.
Pengevaluasian
Alternatif,
d.
Keputusan
Pembelian, dan
e.
Perilaku
Setelah Pembelian.
Banyak
fakta yang muncul, bahwa konsuen memilih produk yang akan di beli dengan
panduan secara indifidu sesuatu yang di beli bernilai baik.
a.
Pengenalan
Kebutuhan
Individu dalam menentukan barang yang akan dibeli pasti akan mempertimbangkan
faktor kebutuhan bagi inividu tersebut, contohnya individu pasti membutuhkan sesuatu,misalkan
makan,minum,dll. Sehingga inividu tersebut cenderung mendahulukan keinginannya
kepada sesuatu yang paling ia butuhkan. Demikian juga dengan kebutuhan-kebutuhan
lainnya, inilah yang dinamakan proses pengenalan kebutuhan sebagai tahap awal
dalam proses pengambilan keputusan.
Proses
pembelian bermula dari pengenalan kebutuhan (need recognition)-pembelian
mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan
antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan. Kebutuhan itu dapat
dipicu oleh stimulus internal ketika salah satu kebutuhan normal-lapar, haus,
seks, naik ke tingkatan yang cukup tinggi sehingga menjadi pendorong.
Kebutuhan
dapat dipicu oleh rangsangan eksternal. Seseorang mungkin merasa membutuhkan
hobi baru ketika kesibukan pekerjaannya mulai menurun, dan dia mulai memikirkan
kamera setelah berbincang-bincang dengan teman tentang fotografi atau setelah
melihat iklan kamera. Pada tahap itu, pemasar harus meneliti konsumen untuk
mengetahui kebutuhan macam apa yang menyebabkan kebutuhan itu muncul, dan
bagaimana cara macam apa yang menyebabkan kebutuhan itu muncul, dan bagaimana
cara pemasar menuntun konsumen supaya membeli produk tersebut. Setelah
mengumpulkan informasi seperti itu, pemasar dapat mengidentifikasi
faktor-faktor yang paling sering memicu ketertarikan terhadap produk dan
mengembangkan program pemasaran yang melibatkan faktor-faktor tersebut.
b.
Pencarian
Informasi
Sebelum mengambil keputusan untuk membeli pasti kita akan melakukan
pencarian informasi terhadap barang yang akan kita beli. Entah dari segi merek,
kualitasnya ataupun harga dari barang tersebut. Proses ini guna lebih
meyakinkan kita untuk membeli suatu prouk atau barang nantinya.
Konsumen
yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi
tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada
dalam jangkauannya, ia cenderung akan membelinya. Jika tidak, konsumen akan
menyimpan kebutuhan itu kedalam ingatan atau mengerjakan pencarian informasi
yang berhubungan dengan kebutuhan itu.
Pada
satu tahapan tertentu, konsumen mungkin sekedar meningkatkan perhatian. Pada
tahapan itu, seseorang menjadi lebih menerima informasi mengenai kamera. Ia
memperhatikan iklan kamera, kamera yang digunakan oleh temannya, dan percakapan
tentang kamera. Atau ia mungkin mengerjakan pengumpulan informasi secara aktif,
dimana ia mencari informasi tertulis, menelepon teman, dan mengumpulkan
informasi dengan berbagai cara lain. Jumlah pencarian yang dikerjakan
tergantung pada kekuatan dorongan pada dirinya, jumlah informasi awal yang ia
miliki, kemudahan pencarian informasi tambahan, nilai yang ia berikan pada
informasi tambahan, dan kepuasan yang di dapat setelah pencarian.
Konsumen
dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber. Sumber itu meliputi sumber
pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan kerja), sumber komersial (iklan,
penjual, pengecer, bungkus, situs Web, dan lain-lain), sumber publik (media
massa, organisasi pemberi peringkat), dan sumber berdasarkan pengalaman
(memegang, meneliti, menggunakan produk). Pengaruh relatif di antara sumber
informasi itu berbeda-beda di antara berbagai produk dan pembeli.
Konsumen
biasanya menerima sebagian besar informasi dari sumber komersial, yang
dikendalikan oleh pemasar. Namun demikian, sumber yang paling efektif cenderung
yang bersifat pribadi. Sumber komersial biasanya memberikan informasi kepada
pembeli, sedangkan sumber pribadi memberikan legitimasi atau mengevaluasi
produk bagi pembeli.
Seseorang
terkadang meminta orang lain-teman, keluarga, rekan kerja dan para
profesional-supaya merekomendasikan produk atau jasa. Oleh karena itu,
perusahaan mempunyai ketertarikan yang kuat untuk membangun sumber pemasaran
getok tular (word of mouth sources). Sumber-sumber itu mempunyai dua keuntungan
utama.
Pertama,
sumber itu meyakinkan. Pemasaran getok tular atau pemasaran dari mulut ke mulut
adalah satu-satunya metode promosi dari konsumen, oleh konsumen, dan untuk
konsumen. Mempunyai konsumen yang setia dan terpuaskan dan membangga-banggakan
bisnis mereka dengan anda merupakan mimpi setiap pemilik bisnis. Tidak hanya
konsumen yang puas mengulangi pembelian, tetapi mereka juga menjadi papan
promosi berjalan bagi bisnis anda.
Kedua,
biaya yang rendah. Menjaga hubungan dengan konsumen dan mengubahnya menjadi
sumber promosi getok tular membutuhkan biaya yang relatif rendah. Semakin
banyak informasi yang didapat, kesadaran dan pengetahuan konsumen tentang
adanya merek dan fitur akan meningkat. Dalam pencarian informasi, seseorang
banyak mempelajari merek yang tersedia. Informasi itu juga membantunya
meninggalkan pilihan merek tertentu. Perusahaan harus mendesain bauran
pemasarannya agar calon konsumen sadar dan tahu akan mereknya. Secara hati-hati
perusahaan harus mengidentifikasi sumber informasi konsumen dan tingkat
kepentingan tiap-tiap sumber itu.
Konsumen
harus ditanyai bagaimana awalnya mereka mendengar merek itu, informasi apa yang
didapat, dan bagaimana mereka mengurutkan tingkatan arti penting sumber
informasi yang berbedabeda itu.
c.
Pengevaluasian
Alternatif
Misalkan individu mendapat informasi dengan berbagai merek dan harga
yang bervariasi, di pastikan hal ini akan mempengaruhi tingkat alternative yang
akan diambil oleh individu tersebut.
Kita
telah mempejari cara konsumen menghasilkan informasi yang menghasilkan
sekumpulan merek-merek yang akhirnya dipilih. Bagaimana cara konsumen memilih
dari alternatif merek yang ada? Pemasar perlu memahami proses pengevaluasian
alternatif-yakni, cara konsumen memproses informasi yang menghasilkan berbagai
pilihan merek. Sayangnya, konsumen tidak melakukan satu evaluasi secara tunggal
dan sederhana, tetapi konsumen mungkin melakukan beberapa proses avaluasi.
Sikap
konsumen terhadap sejumlah merek tertentu terbentuk melalui beberapa prosedur
evaluasi. Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian
tergantung pada konsumen individual dan situasi pembelian tertentu. Dalam
beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang
logis.
Dalam waktu yang lain, konsumen bersangkutan
mengerjakan sedikit atau tidak mengerjakan evaluasi sama sekali; melainkan
mereka membeli secara impulsif atau bergantung pada intuisi. Terkadang konsumen
membuat keputusan sendirian, kadang tergantung pada teman, petunjuk konsumen,
atau penjual untuk mendapatkan saran pembelian.
Jika ia tadi mempersempit pilihannya menjadi
empat kamera.juga dapat dianggap ia hanya tertarik pada empat atribut kualitas
gambar, kemudahan penggunaan, ukuran kamera dan harga. Ia telah membentuk
keyakinan tentang berapa peringkat merek menurut masing-masing atribut. Jelas,
jika terdapat satu kamera yang mendapat peringkat terbaik dalam semua atribut,
dapat kita perkirakan, bahwa ia akan memilihnya. Namun, merek dapat
berbeda-beda daya tariknya. Keputusan pembeliannya mungkin berdasarkan pada
hanya satu atribut, oleh karena itu pilihannya akan mudah ditebak. Jika ia
menginginkan kualitas gambar merupakan atribut yang paling penting di atas yang
lain, ia akan membeli kamera yang mempunyai gambar terbaik. Tetapi pembeli
mempertimbangkan beberapa atribut yang masing-masing tingkat kepentingannya
berbeda-beda. Jika kita mengetahui bobot kepentingan yang diberikannya
tiap-tiap atribut dari keempat atribut tersebut, kita dapat memperkirakan
pilihan merek kamera yang akan dibelinya sehingga lebih dapat diandalkan
ketetapan perkiraannya.
Pemasar harus mempelajari pembeli supaya
dapat mengevaluasi alternatif merek secara aktual. Jika pemasar mengetahui
proses evaluasi seperti apa yang terjadi, pemasar dapat mengambil langkah untuk
mempengaruhi keputusan pembeli.
d.
Keputusan
Pembelian
Keputusan
pembelian ini diambil setelah seseorang telah melakukan pencarian informasi
ataupun pengevaluasian terhadap suatu produk yang akan dibeli. Setelah inividu
telah benar-benar yakin terhadap kualitas dari barang tersebut maka pembeli
proses pembelian saat itu dapat di wujudkan.
Di tahap pengevaluasian, konsumen menyusun
peringkat merek dan membentuk kecenderuangan (niat) pembelian. Secara umum,
keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada
dua faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan keputusan
pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Jika suami Anna Flores
sangat merasa Anna harus membeli kamera yang harganya paling murah, maka
kesempatan Anna membeli kamera mahal akan berkurang.
Faktor kedua adalah faktor situasi tak
terduga. Konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada
pendapatan yang diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun,
keadaan tak terduga dapat mengubah kecenderungan pembelian, Anna Flores mungkin
kehilangan pekerjaannya atau pembelian lainnya lebih mendesak atau mungkin
temannya mengatakan kecewa terhadap kamera pilihannya yang juga kamera kesukaan
Anna. Atau, pesaing dekat menurunkan harga. Jadi, preferensi dan kecenderungan
pembelian tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian aktual.
e.
Perilaku
Setelah Pembelian
Dengan
pembelian yang sudah terjadi maka individu berhak menentukan tingkat kepuasan
yang ia dapat setelah melakukan prosoes pembelian,jika individu sebagai
konsumen terpuaskan akan prouj terdebut maka ini menjadi hal positif bagi
pemasaran merek atau produk yang telah terjual namun bila hasil kepuasan sangat
mengecewakan maka dipastikan penjualan dari merek atau produk tersebut akan
menurun.
Pekerjaan
pemasar tidak hanya berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk,
konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah
pembelian yang penting diperhatikan oleh pemasar. Apa yang menentukan pembeli
puas atau tidak puas terhadap pembeliannya? Jawabnya terletak pada hubungan
antara harapan konsumen dan kinerja produk uang dirasakan. Jika produk jauh di
bawah harapan konsumen, maka konsumen kecewa; jika produk memenuhi harapannya,
konsumen terpuaskan, jika melebihi harapannya, maka konsumen akan merasa sangat
senang.
Semakin besar beda antara harapan dan
kinerja, semakin besar pula ketidakpuasan konsumen. Oleh sebab itu, penjual
harus janji yang benar-benar sesuai dengan kinerja produk agar pembeli merasa
puas. Beberapa penjual bahkan menyatakan janji tingkatan kinerja yang lebih
rendah dibandingkan kinerja sebenarnya agar kepuasan konsumen menjadi sangat
tinggi. Misalnya, wiraniaga Beoing cenderung konservatif pada saat
memperkirakan potensi manfaat pesawatnya. Mereka hampir tiap kali menyatakan
efesiensi bahan bakar lebih rendah dari pada sebenarnya-mereka menjanjikan
penghematan bahan bakar sebesar 5 persen yang ternyata 8 persen. Konsumen akan
merasa senang terhadap kinerja yang lebih baik daripada yang diharapkan. Mereka
akan membeli lagi dan berkata kepada calon pelanggan lain bahwa Boing memenuhi
janjinya.
Hampir seluruh pembelian penting menghasilkan
disonansi kognitif, atau ketidaknyamanan pembeli karena konflik setelah
pembelian. Setelah pembelian, konsumen akan merasa puas dengan manfaat merek
yang telah dipilih dan senang untuk menghindari kekurangan dari merek yang
tidak dibeli. Namun, setiap pembelian melibatkan kompromi. Konsumen mendapatkan
ketidak-nyamanan akibat mendapatkan kekurangan produk yang dibeli dan
kehilangan sejumlah manfaat produk yang tidak dibeli. Oleh karena itu, konsumen
merasakan setidak-tidaknya ada disonansi setelah pembelian pada setiap
pembeliannya.
Mengapa memuaskan konsumen itu sangat
penting? Kepuasan itu penting karena penjualan perusahaan berasal dari dua
kelompok dasar-pelanggan baru dan pelanggan lama. Biasanya biaya akan lebih
besar untuk menarik pelanggan baru daripada mampertahankan pelanggan lama dan
jalan terbaik untuk mempertahankan pelanggan adalah dengan memuaskan mereka.
Kepuasan pelanggan merupakan kunci untuk
membuat hubungan jangka panjang dengan pelanggan-yakni untuk mempertahankan dan
menumbuhkan konsumen serta untuk memetik hasil yang berupa nilai seumur hidup
pelanggan. Pelanggan yang puas akan kembali membeli produk, berbicara yang
menyenangkan tentang produk itu, lebih sedikit memperhatikan merek dan iklan
pesaing, serta membeli produk yang lain dari perusahaan yang sama. Banyak
pemasar bertindak lebih dari sekedar memuaskan harapan konsumen-mereka berupaya
menyenangkan hati konsumen. Konsumen yang hatinya merasa senang akan membeli
lagi produk tersebut serta berbicara yang menyenangkan tentang produk dan
perusahaan itu.
Konsumen yang tidak puas memberikan tanggapan
secara berbeda. Konsumen yang puas, secara rata-rata, akan berbicara kepada
tiga orang mengenai baiknya pengalaman mereka mengenai produk, sedangkan
konsumen yang tidak puas akan mengeluh ke 11 orang. Bahkan, suatu studi
menunjukkan bahwa 13 persen orang yang mempunyai masalah dengan organisasi
tertentu mengeluh tentang organisasi tersebut ke lebih dari 20 orang. Jadi,
berita buruk dari mulut ke mulut berjalan lebih cepat daripada berita baik dari
mulut ke mulut dan dapat dengan cepat merusak sikap konsumen terhadap
perusahaan dan produknya.
Oleh karena itu, perusahaan yang bijaksana
perlu mengukur kepuasan konsumen secara teratur. Perusahan tersebut tidak dapat
semata-mata mengandalkan konsumen yang tidak puas yang secara sukarela
menyampaikan keluhannya kepada perusahaan. Sebesar 96 persen konsumen yang
tidak senang tidak pernah menyampaikan keluhannya. Perusahaan harus membangun
sistem yang mendorong konsumen menyampaikan keluhannya.
Dengan cara itu, perusahaan dapat mempelajari secara baik
kerja perusahaan tersebut dan bagaimana meningkatkannya. Perusahaan 3M mengaku
lebih dari dua per tiga produk barunya datang dari mendengarkan keluhan
konsumen. Tetapi mendengar saja tidak cukup-perusahaan harus menanggapi dengan
baik setiap keluhan yang diterima.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Jadi kesimpulan dari pembahasan di atas
adalah, bahwa perilaku konsumen sangat penting untuk di ketahui, di fahami, di
pelajari, dan di beri tindakan bagi semua kalangan produsen atau pembisnis,
agar perusahan di indonesia memiliki perusahan kualitas produk dan kariawan
yang bagus.
Perilaku
Konsumen adalah suatu dasar untuk
tindakan membeli mulai dari proses memilih – memilah, lalu mengambil keputusan
dalam membeli. Mis; jika berhadapan
dengan barang berharga murah maka, proses pengambilan keputusan akan berjalan
dengan mudah dan cepat, sebaliknya jika berhadapan dengan barang yang berharga
mahal (tinggi), maka proses pengambilan keputusan akan berlangsung lebih lama
dan sulit.
B.
SARAN
Sebenarnya metode atau materi tentang
perilaku dan sistem pemasaran sudah ada
dan di ajarkan, namun mengapa masih banyak perusahaan yang belum maksimal
manajemen pemasaran untuk memahami perilaku konsumennya. Maka perusahaan
seharusnya belajar atu memahami lagi tentang makna dari perilaku konsumen. Agar
perusaha atu usahanya dapa diterima oleh konsumen. Pada kenyataan bahwa pemilik
bisnis atau jasa tujuanya untuk konsum.


DAFTAR
PUSTAKA
Ninth Edition by Kotler Philip,
1997. Menganalisis Pasar Konsumen dan Perilaku Pembelian ( Marketing
Management 9e). Perpustakaan Nasional (KDT).
Harold H. Kassarjian dan Thomas
S. Robertson (eds), 1997. Prespectives
in Consumer Beavora (Glenview, IL: Scott, Foresman,).
Leon G, Schiffman dan Leslie
Lazar Kanuk, 1997. Consumer Behavior.
6th ed. (Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall).
Kotler Philip and
Lane Keler Kavin, 2009. Menganalisis pasar konsumen , Manajemen
Pemasaran(Jakarta: jilid1). PT INDEKS.
Lainya:
-
Id.wikipwdia.org/wiki/konsumen.29
desember 2012, 08:46
[1] Id.wikipwdia.org/wiki/konsumen.29
desember 2012, 08:46
[2] http://belajarmanagement.wordpress.com/2009/06/17/4-jenis-perilaku-pembelian-konsumen/
(29 Desember 2012 jam 08:40).
[3]
Leon G, Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, Consumer Behavior. 6th ed.
(Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1997)
[4]
Philip Kotler and Kavin Lane Keler. Menganalisis
pasar konsumen , Manajemen Pemasaran(Jakarta: 2009/jilid1). PT INDEKS, hlm
214.
[5]
Rsann L. Spiro, “Persuasion in Family Decision Making,” Jurnal of Consumer
Research (Maret 1983): 393 – 402, David J Burns, tha Effec Family Power,” Psikologi
dan Marketing (Mei-Juni 1992):175 – 189.
[6]
Key M. Palan dan Robert E. Wilkes, “Adolescent – Parent Interaction in Family
Decision Making,” Journal of Cosumen
Resarch 24, no.2 (1997): 159 – 169; Sharon E. Beatty dan Salil
Talpade, “ Adolescent Influence in Family Decision Marking: A Replications with
Extension,” Journal of Consumen
research 21 (1994): 332 – 341.
[7]
James U.Mc Neal, “Tapping the thee kids’ Markets, Amerika Democraphics (April
1996): 37 – 41 ”
[8]
Carol Angrisani “Kids Rock” Brend Marketing , February 2001, hlm 26 – 28.
[9]
Harol H. Kassarjian dan Mary Jane Sheffer, “Personality and Consumer Behavior: An Update,” dalam Harold H. Kassarjian dan
Thomas S. Robertson (eds), Prespectives in Consumer Beavora (Glenview,
IL: Scott, Foresman, 1997), hlm 160- 80.
[10]
Abaraham Maslow, Motivation and Personality (New York: Harper and Row, 1954) hlm 80- 106
[11]
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, Human Behavior; An Inventory of
Scientific Finding (New York: Harcourt, Brace Jevanovich,1964), hlm 141 –
142.
[12]
Bilson Simomar. , Perilaku konsumen
,Paduan Riset Perilaku Konsumen 20; Jakarta , PT Gramedia Pustaka
Utama, hlm 25
Komentar
Posting Komentar